Hai, mohon maaf lahir dan batin.
Sebenarnya lebaran sudah dua minggu yang lalu, tapi suasananya masih terasa, kue-kue dan minuman kaleng pun masih berjejer di meja ruang tamu tiap rumah keluarga muslim. Tapi, disitu ada cerita yang bisa jadi pelajaran buat saya.
Setiap lebaran ke empat biasanya saya, papa dan mama berlibur ke kota padang dan main di pantai, disana kami menghabiskan waktu kira-kira dua hari baru setelahnya pulang ke kota Jambi. Di Padang, kami menginap di salah satu hotel di jalan Veteran karena daerah itu lumayan banyak restoran dan tempatnya lebih strategis. Nah, kebiasaan saya saat baru check in dan naruh koper di kamar, saya langsung beres-beres dan pergi ke Gramedia naik angkot wkwk.
Saya lebih memilih Gramedia Padang karena setelah saya bandingkan harganya, di Padang agak sedikit miring dari pada di Jambi, tapi tak menutup kemungkinan saya akan belanja di Gramedia jambi sih hehe.
Dengan modal yang agak sedikit nekat dan ditemani GPS handphone, akhirnya saya bisa tiba juga di tujuan karena jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Disana saya tak pikir panjang langsung membelanjakan THR yang saya dapat dengan cuma-cuma dan memborong buku-buku yang sangat saya suka hingga hanya menyisakan gopek buat di tabung. Saat itu juga saya jatuh miskin wkwkwk, tak punya apa-apa.Tapi itu lebaran tahun dulu, entah kenapa lebaran tahun ini saya kurang bersemangat membelajakan THR saya untuk membeli buku-buku dari penulis favorite yang baru terbit awal 2017 lalu. Rasanya terlalu sayang dihabiskan untuk beli buku, juga umur yang sekarang menginjak tujuhbelas tahun mungkin sudah membuat saya sadar bahwa buku-buku novel yang saya beli lalu saya baca, dan setelahnya hanya dipajang di perpustakaan kecil kamar saya hanya sikap yang boros dan minim manfaat.
Hal itu bukan saya rasakan pada uang THR saja, tapi uang jajan saya yang biasanya habis sekarang malah bersisa karena malesnya jajan di kantin. Semakin bertambahnya umur semakin saya sadar bahwa kebutuhan lebih penting dari pada keinginan. Banyak sekali keinginan yang belum saya capai. Pengen ini, pengen itu, tapi kita tidak memprioritaskan apa yang seharusnya jadi kebutuhan.
Sebenarnya lebaran sudah dua minggu yang lalu, tapi suasananya masih terasa, kue-kue dan minuman kaleng pun masih berjejer di meja ruang tamu tiap rumah keluarga muslim. Tapi, disitu ada cerita yang bisa jadi pelajaran buat saya.
Setiap lebaran ke empat biasanya saya, papa dan mama berlibur ke kota padang dan main di pantai, disana kami menghabiskan waktu kira-kira dua hari baru setelahnya pulang ke kota Jambi. Di Padang, kami menginap di salah satu hotel di jalan Veteran karena daerah itu lumayan banyak restoran dan tempatnya lebih strategis. Nah, kebiasaan saya saat baru check in dan naruh koper di kamar, saya langsung beres-beres dan pergi ke Gramedia naik angkot wkwk.
Saya lebih memilih Gramedia Padang karena setelah saya bandingkan harganya, di Padang agak sedikit miring dari pada di Jambi, tapi tak menutup kemungkinan saya akan belanja di Gramedia jambi sih hehe.
Dengan modal yang agak sedikit nekat dan ditemani GPS handphone, akhirnya saya bisa tiba juga di tujuan karena jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Disana saya tak pikir panjang langsung membelanjakan THR yang saya dapat dengan cuma-cuma dan memborong buku-buku yang sangat saya suka hingga hanya menyisakan gopek buat di tabung. Saat itu juga saya jatuh miskin wkwkwk, tak punya apa-apa.Tapi itu lebaran tahun dulu, entah kenapa lebaran tahun ini saya kurang bersemangat membelajakan THR saya untuk membeli buku-buku dari penulis favorite yang baru terbit awal 2017 lalu. Rasanya terlalu sayang dihabiskan untuk beli buku, juga umur yang sekarang menginjak tujuhbelas tahun mungkin sudah membuat saya sadar bahwa buku-buku novel yang saya beli lalu saya baca, dan setelahnya hanya dipajang di perpustakaan kecil kamar saya hanya sikap yang boros dan minim manfaat.
Hal itu bukan saya rasakan pada uang THR saja, tapi uang jajan saya yang biasanya habis sekarang malah bersisa karena malesnya jajan di kantin. Semakin bertambahnya umur semakin saya sadar bahwa kebutuhan lebih penting dari pada keinginan. Banyak sekali keinginan yang belum saya capai. Pengen ini, pengen itu, tapi kita tidak memprioritaskan apa yang seharusnya jadi kebutuhan.
Comments
Post a Comment