Skip to main content

Sedikit Cerita Lulus PTN

Apa yang sedang anda rencanakan di masa depan?

Setelah mengetahui kabar tak satupun dari pilihan prodi saya lulus di SNM, saya pun berputar arah fokus SBMPTN. Saya memilih untuk ikut bimbel di awal tahun ketiga SMA saya karena saya merasa kurang mampu untuk belajar saat H-30 SBM. Saya mencoba mendaftar di bimbel yang selogannya "maju bersama Allah" dan mengikuti proses belajar mengajarnya. Memang pelajaran SBM dan pelajaran sekolah agak sedikit berbeda, tapi saya luangkan waktu lebih banyak untuk SBM. Bimbel yang saya ikuti waktu itu sedikit memberi saya motivasi untuk berani lagi memilih perguruan tinggi terbaik di pulau jawa, mereka juga memberikan sedikit saran dan masukan untuk melakukan amalan-amalan seperti puasa sunnah, sedekah dan sholat sunnah. Alhasil ibadah saya pun meningkat drastis. Manis sekali.

Singkat cerita,  kejadian tak mengenakkan membuat strategi menjawab soal sbm yang saya persiapkan dari awal tahun ketiga SMA mungkin agaknya sia-sia. Secara tiba-tiba, H-30 SBMPTN pemerintah pusat mengumumkan adanya pergantian sistem penilaian SBMPTN, yang awalnya benar +4, salah -1 menjadi teori respon butir yang sampe sekarang membuat saya bertanya-tanya, apa sebenarnya mau mereka?!
Kekesalan saya tak sampai disitu saja. Mengingat skor nilai tryout sbm saya yang sangat memprihatinkan dikarenakan adanya teori respon butir ini, saya menimbang-nimbang apakah skor yang didapat bisa tercapai pada target yang diinginkan. Secara tidak langsung saya sangat tidak terima. Keegoisan dan ketidakrealistisan yang ada, saya tetap bersikukuh untuk nembak target yang jauh di luar kemampuan saya.

"tiga kesempatan, kau tak akan mengecewakannya"

Dengan kepercayaan diri yang tinggi dan hanya mengharap ridho Allah semata, bismillah saya memilih ptn diluar sumatra semua dan menyisakan satu ptn di sumatra. Harap-harap cemas, dipenghujung hari H SBM saya masih optimis dan tak realistis.

Sampai pada hari pengumuman. Laptop sudah stay dari pagi. Sedikit ngadat memang dikarenakan banyaknya kuota yang ingin masuk hingga server pengumuman sbmptn error untuk beberapa saat.
Saya menunggu cukup lama untuk itu. Dengan sabar saya pencet enter untuk kesekian kalinya.


Jeng jenggggg....


Sekali lagi, kata maaf karena tak lulus terpampang di pengumuman SBMPTN 2018.


Dada saya sesak susah bernafas. Saya menangis sejadi-jadinya. Saya remuk-remuk bantal, gigit ujung kasur, mengacak-acak rambut, hingga duduk termenung di sudut kamar seperti orang bego karena tak tau arah jalan pulang. Waktu itu saya merasa tuhan tidak adil, bahkan saya mengira tuhan tak pernah sayang pada hambanya.

Satu hari terburuk itu saya habiskan untuk menangis dan menangis. Orang tua saya bahkan tak tau hasil pengumuman itu. Tapi seseorang nun jauh di sana menguatkan saya. Ia menyuruh saya untuk memaafkan diri sekaligus berterima kasih pada diri ini karena telah berusaha.

"Tak ada yang melarang kamu untuk menangis. Nangis saja hari ini. Tapi tolong esok jangan"
                                        ~•~

Memang Allah itu sayang pada hambanya.
Tiba-tiba siang bolong saya di chat oleh teman saya yang mengatakan adanya dibuka jalur mandiri. SMMPTN Barat namanya. Saya lihat pilihan ptnnya, rata-rata di pulau sumatra semua. Dia juga mengatakan kalau salah satu universitas di Jakarta membuka jalur mandiri.

Kegengsian saya yang inginnya kuliah beda pulau dengan orang tua mendorong saya untuk ikut juga daftar di Universitas Negeri Jakarta. Namun sayang sangat disayang, sejak awal orang tua memang berat hati untuk melepaskan saya ke pulau jawa. Sikap keras kepala saya muncul saat itu. Saya melobi orang tua lalu terjadilah perdebatan yang lumayan sengit saat itu. Saya berikan pengertian dan tujuan saya, akhirnya mereka bisa mengerti dan mengizinkan saya untuk mendaftar mandiri di UNJ

Setelah deal, saya cepat-cepat mengurus segala administrasi pendaftaran SMMPTN Barat dan juga Mandiri UNJ dibantu dengan mama.


Perjuangan ketiga dimulai

Ujian pertama yang saya jalani yaitu SMMPTN Barat pada tanggal 17 Juli 2018. Karena saya memilih pilihan pertamanya Universitas Andalas,  jadinya saya harus ujian di TKP. Sebelum itu, ada sedikit perdebatan mengenai kepergian saya yang seorang diri, orang tua khawatir saya kenapa-napa. Saya yakinkan mereka kalau saya pergi untuk berjuang (idih lebay wkwkw),

"tenang saja saya bisa jaga diri baik-baik."

Setelah diberi pengertian, akhirnya mama papa lunak juga.
Cepat-cepat saya mengambil tiket bus keberangkatan 15 Juli. Lalu memperkirakan tanggal 16 nya saya tiba di Kota Padang dan menginap di kosan sepupu saya yang jaraknya agak jauh dari Unand. Sebelum itu saya sudah memesan tiket jauh-jauh hari dari BIM (Bandara Internasional Minangkabau) ke Bandara Soekarno Hatta untuk tanggal 20 nya. Tanggal 21 saya melakukan Ujian mandiri UNJ di SMA 1 Jakarta Pusat yang kalau tidak salah dekat sekali dengan masjid Istiqlal. Untuk tiket pulang dari jkt ke jambi, saya ambil tanggal 24 karena saya ingin jalan-jalan dulu di Jakarta.


Dalam hati saya berdoa. Jika diantara kedua itu tak ada satupun yang lulus, saya berjanji untuk berencana menikah saat itu juga.
                                 ~•~
Sepulangnya saya dari jakarta, baju-baju kotor masih dalam balutan kantong hitam, koper masih berisi baju-baju. Saya melihat tanggal yang bertepatan dengan pengumuman kelulusan SMMPTN Barat.
Cepat-cepat saya cek disaksikan juga oleh mama.


Jeng jeng jengg......


"Selamat, Anda dinyatakan lulus SMMPTN Barat 2018"


Disitu saya meloncat girang. Saya sujud syukur. Saya berlari ke arah papa dan menunjukkan pengumuman di layar laptop itu. Papa pun menitikan air mata.
Tak pernah saya sebahagia ini.

"Universitas Andalas. Mmmm tak apa. Asal aku tak menikah tahun ini"

                                     ~•~

Pikir saya mencoba realistis tak ada salahnya. Turunkan ego, gengsi dan kesombongan karena kalah saing lebih baik dari pada paksakan diri dan akhirnya tak dapat apa-apa.

Saya sudah bahagia karena tak jadi untuk berencana menikah. Allah memberikan yang bukan saya inginkan, tapi pasti Allah kasih yang paling terbaik.

UNJ sudah saya lupakan sejenak. Hasil pengumumannya pun tak pernah saya buka sampai sekarang. Cukuplah, AU mungkin memang yang terbaik untuk saya.

Terima kasih untuk orang-orang yang berada di balik lika-liku saya mencari PTN.

Sekali lagi, terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu