Skip to main content

Posts

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu
Recent posts

Balada Skripsi

Jika kamu tanya bagaimana rasanya ngerjain skripsi, jawaban saya adalah nano nano.  Semasa kuliah, saya merupakan mahasiswa yang hanya aktif di Himpunan Matematika Unand dan Ikatan Mahasiswa Keluarga Jambi. Tidak pernah keluar dari zona nyaman dan aman tersebut, tidak pula berkeinginan setelahnya menjadi bintang aktivis kampus. Berhabitat di bidang PDH ataupun Infokom tiap organisasi atau kepanitiaan dan terjebak di dunia desain grafis dan editing video. Tapi akhir-akhir ini saya menyadari bahwa bakat seperti itu haruslah dipendam untuk kalian para maba :v.  Sedari awal kuliah saya juga tidak pernah berekspektasi akan mengenal dosen lebih dekat hingga saya mengenal "Bunda" yang jadi pembimbing skripsi saya waktu itu. Perjuangan skripsi saya dimulai saat setelah saya menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Andalas, kota Padang. Saat itu saya sedang merenungi target-target yang akan saya lakukan sebelum menginjak semester 7. Saya sudah tuliskan pengin melakukan ini, buat

Kuliah Online : Mandiri dalam Belajar

Akhirnya Surat Edaran Rektor kampus saya dikeluarkan untuk kesekian kalinya. Saya tak heran kalau kuliah online ini akan tetap berlanjut hingga saya semester 5. Percobaan kuliah online yang saya alami di semester 4 lalu sudah cukup membuat saya sedikit syok dengan Indeks Prestasi yang menurut saya B AJA :) (bersyukur, Ndah) Setelah saya terima hasil IP semester 4 lalu, saya mulai memutar otak untuk menyusun jadwal saya dengan lebih produktif tiap harinya di semester 5 ini. Saya juga membuat aturan-aturan seperti tidak bermain game hingga larut malam, berusaha untuk mencatat materi walau tangan ini tak bisa diajak kompromi atau stop scroll instagram seharian. Nyatanya saya tidak bisa, lebih tepatnya rasa malas saya mulai bertambah seiring berjalannya waktu. Saya pikir saya belum cukup sempurna beradaptasi dengan kuliah online ini. Padahal enaknya kuliah online buat kita lebih santai dan fleksible. Beberapa kali ikut kuliah online pada jam pagi saya tidak perlu buru-buru mandi dan ber

Teman Kos

Saya yang notabenenya anak rantau dari luar sumbar merasa harus adaptasi lebih dengan lingkungan baru. Saya mulai kos di sini sejak awal agustus tahun lalu. Kebanyakan yang ngekos di sini masih dari daerah Sumbar, cuma saya dan satu personil baru dari Palembang yang dari luar Sumbar, bahasanya pun masih serumpun dengan bahasa hari-hari saya. Sebelumnya perkenalkan, saya biasa dipanggil Indah dan  sedang kuliah di Universitas Andalas jurusan Matematika Murni dan merasa salah jurusan (kebanyakan maba pasti bilang gini). Cita-cita awal pengin jadi musisi terkenal dan menjadi penulis buku bestseller di toko buku. Sempat terhalang oleh kehendak orang tua yang mengatakan “Kamu pengin jadi pengamen?”. Sial. Baiklah. Kali ini saya pengin ceritain seorang teman kos yang saya kenal sejak awal pindah ke kos-kosan ini. Sebut saja namanya T. Di antara anak kos lain, cuma dia yang seringkali ke kamar saya. Mulai dari minta hvs, minjam laptop,  minjem gunting kuku atau sekedar makan.

Penggoda Jalanan

Kurang lebih sudah dua minggu gue libur kuliah dan sekarang tersisa satu minggu lagi. Kontribusi untuk diri gue selama dua minggu itu bisa dikatakan nihil. Padahal sebelum gue caw dari kos tercinta, gue sudah buat beberapa point-point yang harus gue kerjakan dilibur semester, contohnya kaya olahraga tiap pagi. Gue pengen banget kurusin badan. Tapi gue flashback selama dua minggu belakangan, gaada tuh gue realisasikan, yang ada malah badan gue tambah melar. Cerita soal dua minggu belakangan, beberapa kali gue pernah digangguin om-om/abang-abang di jalan. Mereka dengan pedenya manggil gue dari belakang pas gue lagi bawa motor "Suit suittt. Adek" "dek. dek. oii dek. Minta nomer hpnya dong" terus pas gue noleh, dia malah diam membisu. Itu sangat sangat mengganggu konsentrasi gue dalam mengemudi karena dia memecah kefokusan gue. Hal itu pun membuat gue resah dan gelisah.  Beda lagi kalo gue dibonceng ama temen. Waktu itu lagi lampu merah, temen gue

Sedikit Cerita Lulus PTN

Apa yang sedang anda rencanakan di masa depan? Setelah mengetahui kabar tak satupun dari pilihan prodi saya lulus di SNM, saya pun berputar arah fokus SBMPTN. Saya memilih untuk ikut bimbel di awal tahun ketiga SMA saya karena saya merasa kurang mampu untuk belajar saat H-30 SBM. Saya mencoba mendaftar di bimbel yang selogannya "maju bersama Allah" dan mengikuti proses belajar mengajarnya. Memang pelajaran SBM dan pelajaran sekolah agak sedikit berbeda, tapi saya luangkan waktu lebih banyak untuk SBM. Bimbel yang saya ikuti waktu itu sedikit memberi saya motivasi untuk berani lagi memilih perguruan tinggi terbaik di pulau jawa, mereka juga memberikan sedikit saran dan masukan untuk melakukan amalan-amalan seperti puasa sunnah, sedekah dan sholat sunnah. Alhasil ibadah saya pun meningkat drastis. Manis sekali. Singkat cerita,  kejadian tak mengenakkan membuat strategi menjawab soal sbm yang saya persiapkan dari awal tahun ketiga SMA mungkin agaknya sia-sia. Secara tib

Mukidi Patah Hati

Kedai Kopi Wak Jarot masih sepi pengunjung. Biasanya sore-sore begini banyak laki-laki desa ngopi atau sekedar beli udud disini. Di antara laki-laki desa itu, hanya Mukidi dan Doni yang selalu menjadi pelanggan setia Wak Jarot. "Kapan kamu nyatakan cinta pada Warni, Muk?" "Jangan tanya itu, aku belum siap" "Sekarang saja. Nanti kamu disalib Tarjo" "Diam kau. Jangan sebut nama bangsat itu di depan mukaku" Mukidi pun menenggak kopi hitam hingga ludes dan menyesap udud yang tinggal sebatang lagi. Doni hanya terdiam prihatin karena konconya tak juga beristri mengingat umur sudah menginjak kepala tiga, tapi masih membujang saja. Bukan tak ada wanita yang mau dengannya, tapi Mukidi terlalu mencintai Warni, Si Kembang Desa. Sudah bertahun-tahun Mukidi menyimpan rasa dengan Warni. Tapi, Warni tak tau menau dengan perasaan Mukidi. Warni mengira, Mukidi bersikap baik padanya karena mereka telah berteman sejak umur nol tahun. Faktanya, Warni ad