Skip to main content

Balada Skripsi

Jika kamu tanya bagaimana rasanya ngerjain skripsi, jawaban saya adalah nano nano. 

Semasa kuliah, saya merupakan mahasiswa yang hanya aktif di Himpunan Matematika Unand dan Ikatan Mahasiswa Keluarga Jambi. Tidak pernah keluar dari zona nyaman dan aman tersebut, tidak pula berkeinginan setelahnya menjadi bintang aktivis kampus. Berhabitat di bidang PDH ataupun Infokom tiap organisasi atau kepanitiaan dan terjebak di dunia desain grafis dan editing video. Tapi akhir-akhir ini saya menyadari bahwa bakat seperti itu haruslah dipendam untuk kalian para maba :v.  Sedari awal kuliah saya juga tidak pernah berekspektasi akan mengenal dosen lebih dekat hingga saya mengenal "Bunda" yang jadi pembimbing skripsi saya waktu itu.

Perjuangan skripsi saya dimulai saat setelah saya menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Andalas, kota Padang. Saat itu saya sedang merenungi target-target yang akan saya lakukan sebelum menginjak semester 7. Saya sudah tuliskan pengin melakukan ini, buat rencana itu dan sebagainya. Ya, saya sangat suka membuat target apapun itu, walau kadang ga terealisasi juga sih.

Salah satu target saya waktu itu menyelesaikan kuliah di semester 8. Tidak muluk-muluk memang, tapi ternyata sulit juga. Saya meminta "Bunda" jadi pembimbing ketika baru memasuki semester 7 dan beliau terima. Tapi selama semester 7, tak pernah sekalipun saya bimbingan karena juga sedang sibuk di acara Pekan Seni Bermatematika yang diselenggarakan himpunan dan kebetulan juga saya menjadi koor Pubdok yang mempunyai 10 anggota. Memasuki semester 8 saya mulai terkaget-kaget dan terheran-heran karena sudah ada dua orang di angkatan saya yang melaksanakan seminar hasil. Saya mulai memikirkan kembali target saya waktu itu, apakah bisa sesuai ekspektasi?

Saya coba kembali mulai dari awal, mencari jurnal yang menurut saya masih bisa diterima nalar dan saya menemukan Epidemiologi Modelling. Saya coba pelajari dan laporkan ke Bunda saat itu. Beliau mulai tertarik juga karena sebelumnya bukan merupakan bidang yang beliau kuasai. Lalu saya diminta coba dulu mencari pembahasan jurnal yang saya pilih waktu itu dan mulai start belajar otodidak mengenai Epidemiologi Modelling tersebut. Selama mencari pembahasan tersebut merupakan hal yang tidak akan pernah saya lupakan. Disamping saya harus paham tiap langkah di jurnal, saya juga harus menerangkan kembali kepada Bunda.

Bimbingan saya waktu itu start akhir Januari, hingga akhirnya bisa seminar tanggal 11 Mei 2022. Kurang lebih 3 bulan saya mengerjakan skripsi dan selebihnya hanya menunggu persetujuan untuk daftar seminar dari kedua pembimbing saya. Sangat singkat, bukan? Tiga bulan yang membuat saya seperti berada di dunia lain. Bangun tidur, skripsi, tidur lagi. Berdandan pun tidak, ke kampus pun tidak karena bimbingan saya hanya melalui whatsapp. Tiga bulan waktu itu menjadi titik terendah saya selama 4 tahun kuliah.  Bahkan menjelang seminar, saya mengalami gejala-gejala ODGJ seperti suka tertawa sendiri, menangis dipojokan kamar tanpa sebab dan suka makan eskrim toping kentang goreng.

 Akibat kegilaan ini, saya mulai coba mendekatkan diri lagi kepada Allah (cieelah ada maunya doang). Entah kenapa tiap ada permintaan pasti sholat sunnah lancar jaya, coba aja gaada pengin apa-apa, paling bantet cuma sholat 5 waktu, sunnah mah tinggal mulu. 

Oke, jadi menjelang seminar, saya akhirnya tau dosen yang akan menjadi penguji saya nanti. Melihat undangan seminar saya yang dikirim oleh resepsionis jurusan membuat saya makin tercengang karena dosen penguji saya semuanya merupakan dosen yang sangat amat teliti sekali. Biar saya jelaskan, ketua penguji saya merupakan wakil dekan fakultas dan topik skripsi saya merupakan bidang yang sangat beliau kuasai. Penguji kedua saya merupakan dosen yang sangat dihindari mahasiswa jika mendapat kelas yang beliau ajar dan beliau sangat menguasai aljabar, kalkulus which is aljabar adalah kelemahan saya. Trade record  beliau gak main- main, sudah beberapa kali tidak meluluskan mahasiswa ketika sidang skripsi dan "membantai" tiap mahasiswa yang diujinya. Sadis sekali, burhan. Lalu penguji saya yang terakhir menurut sumber terpercaya merupakan dosen yang juga amat sangat teliti dalam penulisan dan tanda baca. Jadi intinya, tidak mudah.

Saat seminar tiba, rasa mual mulai merasuki. Tapi anehnya, h-1 sebelum seminar saya tidur sangat nyenyak. Tepat jam 10.00 am, teman-teman saya mulai memasuki ruang seminar jurusan  diikuti dosen penguji dan pembimbing yang sudah ready hingga kursi di ruangan terisi penuh karena teman-teman saya ingin melihat pertunjukan pembantaian saya waktu itu.

Saat seminar akan dimulai, saya mulai bengong dan ketakutan. Moderator saya, Atun, memberikan satu surah Al-Quran dan saya mulai membacanya dan sampai sekarang saya lupa ayat apa yang diberikannya waktu itu. Atun mulai menggenggam tangan saya dan memberikan wejangan-wejangan agar saya tetap fokus. 

"Setelah semua ini, 1/2 beban uni akan lepas. Inget aja, semua pasti dilalui. Fokus un, anggap aja uni sedang nyampein materi skripsi uni ke Atun. Pandang lurus kedepan, gausah liat siapa-siapa. Jangan lupa baca bismillah un"

Kira-kira begitulah kalimat yang dia sampaikan ke saya. Kalau saja tak dia sampaikan kalimat yang membangun mood, mungkin saya akan tetap dalam ketakutan dan mulai menjadi gila lagi. Selama proses seminar saya menyadari bahwa seminar tidak semenakutkan itu. Saya tidak bisa jelaskan lebih detail, tapi trust me, seminar hasil tidaklah semenakutkan itu.

Singkat cerita setelah seminar berakhir, saya langsung keluar ruangan dan menangis di mushola kecil di jurusan dan mulai sholat zuhur karena seminar saya selesai bertepatan dengan adzan zuhur. Entah kenapa saya terus menangis.  Ada beberapa teman yang mencari saya untuk mengajak foto dan memberikan selamat. Setelah sholat, saya hapus air mata dan memberikan sedikit sentuhan kecantikan a.k.a dandan. Setelah berfoto-foto ria, saya pun pulang dengan membawa seabrek parsel jajanan.

Seperti yang kalian semua tau. Ya. Sehabis seminar, terbitlah revisian. 

Revisi saya saat itu sangat amat banyak sekali, burhan. Namun, untungnya sidang saya diundur satu bulan karena salah satu penguji saya ingin keluar kota selama tiga minggu. Alhasil, saya memiliki waktu yang terlalu banyak untuk revisi dan belajar. Masa-masa revisi juga jadi masa termenohok buat saya karena saya revisian dengan penguji, pak wakil dekan yang baik hati. Saya mendatangi ruangan beliau di dekanat dan memelas memohon bantuan revisian yang beliau berikan sewaktu seminar. Beliau dengan sabarnya membantu saya hingga akhirnya revisi yang beliau berikan selesai. Alhamdulillah

Menjelang sidang juga saya diberikan bonus tutor dengan Bunda. Beliau dengan sukarela memberikan materi-materi yang beliau kuasai dan mengajarkan secara privat ke saya tiap hari. Saya tau beliau berekspektasi tinggi terhadap saya dan tidak ingin nantinya saya dijatuhkan oleh penguji sewaktu sidang. Tak lupa juga beliau berikan siraman rohani dan ayat-ayat untuk menghilangkan ketakutan saat akan sidang skripsi yang mana itu sangat membantu menekan gejala ODGJ yang belakangan sering muncul. (Canda, saya masih sehat walafiat)

Baiklah, sidang saya waktu itu berjalan lancar dan sedikit greget. Saya ingat sekali salah satu pertanyaan yang diajukan penguji kepada saya yaitu

" Turunan dan differensial itu dua hal yang sama atau sebaliknya?"

Saya menjawab "Tidak sama".

Sampai sini benar, lalu saya disuruh jabarkan alasannya. Dengan polosnya kalimat yang keluar dari mulut saya waktu itu 

"Kalau turunan bahasa indonesia buk, kalau differensial itu bahasa inggris"

Seketika isi ruangan mencair. Ketiga penguji tertawa mendengar jawaban saya yang jika diingat-ingat kembali, sedikit aneh.  Lalu saya coba tanya ke beberapa teman mengenai perbedaan turunan dan differensial. Almost of them menjawab "Sama" which is sebenarnya dua hal itu berbeda. Nama lain turunan adalah derivatif, selebihnya sila search google dan kamu akan menemukan jawabannya.

Akhir dari sidang kalian juga pasti tau. Ya, sehabis sidang, terbitlah revisi untuk kesekian kalinya. Revisi-revisi-revisi. Kegilaan revisi sudah jadi makanan saya selama proses mendapat gelar sarjana. Seperti manjat pohon kelapa atau kejatuhan buah duren.

Mungkin itu saja yang bisa saya share karena pegal coy ngetik. Sejauh ini cerita hidup saya masih kurang menarik untuk disampaikan. Jadi ya semoga bisa dapat sedikit pelajaran dari cerita blog saya kali ini.

 Lalu sekarang jika ditanya kembali bagaimana rasanya ngerjain skripsi, well, jawaban saya masih sama yaitu nano-nano. 

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu