Skip to main content

Kuliah Online : Mandiri dalam Belajar

Akhirnya Surat Edaran Rektor kampus saya dikeluarkan untuk kesekian kalinya. Saya tak heran kalau kuliah online ini akan tetap berlanjut hingga saya semester 5. Percobaan kuliah online yang saya alami di semester 4 lalu sudah cukup membuat saya sedikit syok dengan Indeks Prestasi yang menurut saya B AJA :) (bersyukur, Ndah)

Setelah saya terima hasil IP semester 4 lalu, saya mulai memutar otak untuk menyusun jadwal saya dengan lebih produktif tiap harinya di semester 5 ini. Saya juga membuat aturan-aturan seperti tidak bermain game hingga larut malam, berusaha untuk mencatat materi walau tangan ini tak bisa diajak kompromi atau stop scroll instagram seharian.

Nyatanya saya tidak bisa, lebih tepatnya rasa malas saya mulai bertambah seiring berjalannya waktu. Saya pikir saya belum cukup sempurna beradaptasi dengan kuliah online ini. Padahal enaknya kuliah online buat kita lebih santai dan fleksible. Beberapa kali ikut kuliah online pada jam pagi saya tidak perlu buru-buru mandi dan bersiap-siap. Tinggal cuci muka, sikat gigi lalu tinggal duduk di depan laptop merhatiin dosen bicara. Absennya pun juga bisa lewat website ilearning dari kampus saya.


Yaa enaknya begitu.

Ekspektasi saya terlalu tinggi di semester 5. Jadwal yang sudah saya atur sedari awal banyak terlanggar. Terlebih saya sedang mengemban amanah menjadi salah satu koordinator kepengurusan Himpunan Daerah saya. Makin tak pernah sekalipun gawai ini lepas dari tangan karena semua komunikasi cuma bisa lewat gawai.

Tak banyak yang saya kerjakan di rumah, memang. Tapi you know lah betapa magernya kalau sudah bertemu kasur. 

Akhirnya saya pun bertanya ke salah satu teman se-per-les-an saya di Jambi dulu, sebut saja Hadim, mengenai tips and trik belajar selama kuliah online. Sebelumnya perkenalkan dulu, Hadim ini sekarang berkuliah di ITB Jurusan Teknik Elektro. Peraih UN tertinggi di Jambi pada masanya.  Saya berteman baik dengan dia karena suka main mobile legend bareng, tapi dia tetap pintar walaupun main game tiap hari hingga larut malam.

"Apa rahasianya biar bisa pinter?"  Kira-kira begitulah pertanyaan yang saya lontarkan di chatting.

"Kalau kamu tanya aku yg pas SMA ya, intinya belajar yang teratur sih memang,  kurangin kerjaan yg sia-sia, harus sabar juga biar gak stress, kalau ada yg gak ngerti mesti beberapa kali diulang-ulang."

"Plus nyari referensi yang cocok. Nangkap gak?" 
Dia menambahkan,

Saya berpikir sejenak karena belum puas dengan jawaban yang dia kasih dan mulai bertanya gimana caranya agar bisa lebih mandiri dalam belajar selama kuliah online. Dia pun menjawab, 

"Untuk kuliah sih gak begitu bagus peformaku kuliah sampe sekarang ini, mirip-miriplah kaya gaya belajar SMA cuman bedanya nyari referensi yg sesuai tu lebih susah, sama harus lebih sadar diri.

Sadar diri apa yang mesti dilakuin/dikerjain dan apa yg nggak perlu dikerjain"

JLEB

Saya terdiam sejenak. Agaknya saya sudah mendapat jawaban yang selama (kuliah online) ini belum terjawab. Setelah membaca pesannya saya mulai tersadar sebenarnya apa yang salah dalam diri saya. Mungkin lebih ke kesadaran diri.

Kuliah online membuat saya harus lebih ekstra mandiri dalam belajar. Lebih sadar diri dengan apa yang harusnya saya lakukan untuk kuliah dan tidak ada yang akan menyuruh saya belajar untuk materi kuliah besok kecuali diri saya sendiri. Tidak akan ada yang mengingatkan saya bahwa ada tugas dengan deadline jam sekian karena teman-teman online lain punya kesibukan sendiri. Saya lah yang harusnya lebih sadar diri. Sadar kalo tidak belajar ya gak akan bisa lulus dengan nilai sempurna. 

Belajar mandiri memang butuh tenaga yang ekstra. Tapi kamu, saya dan mahasiswa perjuangan di luar sana pasti bisa menghadapinya.

Semangat kulon gaes😉

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu