Skip to main content

Teman Kos

Saya yang notabenenya anak rantau dari luar sumbar merasa harus adaptasi lebih dengan lingkungan baru. Saya mulai kos di sini sejak awal agustus tahun lalu. Kebanyakan yang ngekos di sini masih dari daerah Sumbar, cuma saya dan satu personil baru dari Palembang yang dari luar Sumbar, bahasanya pun masih serumpun dengan bahasa hari-hari saya.

Sebelumnya perkenalkan, saya biasa dipanggil Indah dan 
sedang kuliah di Universitas Andalas jurusan Matematika Murni dan merasa salah jurusan (kebanyakan maba pasti bilang gini). Cita-cita awal pengin jadi musisi terkenal dan menjadi penulis buku bestseller di toko buku. Sempat terhalang oleh kehendak orang tua yang mengatakan “Kamu pengin jadi pengamen?”. Sial.

Baiklah. Kali ini saya pengin ceritain seorang teman kos yang saya kenal sejak awal pindah ke kos-kosan ini.

Sebut saja namanya T. Di antara anak kos lain, cuma dia yang seringkali ke kamar saya. Mulai dari minta hvs, minjam laptop,  minjem gunting kuku atau sekedar makan. Kami dekat dengan sendirinya. Kebiasaan dia yaitu sering bercerita mengenai teman kamarnya yang jorok minta ampun hingga saya hapal sendiri dibuatnya. Mungkin ini salah satu alasan saya tidak ingin berdua sekamar dengan seseorang karena takut temen kamar saya jorok, ditambah saya yang memang jorok. Lalu kamar kamipun bisa-bisa jadi tempat pembuangan. Oke lupakan.

T bercerita bahwa temannya ini jarang sekali mandi. Jika mandi pun paling banter cuma lima menit. Saat saya ke sana, bau kamarnya jadi campur aduk. Memang benar-benar campur aduk. Ada bau sambal basi, ada bau badan temannya, bau badan T dan bau badan saya. Saya sempat jera jika bertandang ke kamarnya T karena tidak kuat dengan bau kamarnya. Saya bahkan menyarankan T untuk membeli pengharum ruangan, namun T mengatakan bahwa pengharum itu tidak bekerja akibat bau kamar yang benar-benar mendominasi.

Hal lain yang bikin T kesal dengan teman kamarnya ini yaitu sering berak di jam enam pagi. Memang benar-benar di jam enam pagi guys. Sempat terdengar dari luar T menggedor-gedor kamar mandinya karena pengen berak juga. Tapi tak di gubris oleh temannya. Akhirnya T keluar kamar dan menyusup ke kamar mandi umum kosan, a.k.a kamar mandi saya. Saya hampir naik pitam karena saat itu saya juga kepengen berak. Kami berebut kamar mandi untuk beberapa menit. Akhirnya saya mengalah karena tak kuasa melihat melasnya muka T.

Keanehan lain dari temannya T ini yaitu dia suka sekali stel alarm yang startnya mulai dari jam 00:00 sampai jam empat subuh. Jadi sebenarnya kerjaan T di malam hari tuh cuma matiin alarm temannya.  Sering juga di jam 23:00 suka nangis sendiri sambil natap layar hp. Belakangan saya tahu bahwa temannya ini sedang video call dengan pacarnya.

Setiap T bercerita, saya selalu  manggut-manggut mendengarkan ceritanya. Kadang karena keterbatasan bahasa minang saya yang masih poor, saya cuma kasih tampang sok mengerti saat T bercerita dengan ngegasnya. Walaupun begitu, saya salut dengan T, dia tidak pernah sekalipun perang mulut dengan teman sekamarnya. Dia tetap tabah menjalani hari-harinya dengan kamar yang memprihatikan seperti itu.

T ini punya keahliannya dalam hal masak-memasak. Mulai dari  masak mie, rebus aer,  sampai terakhir saya lihat dia sedang masak nasi. Sering juga saya mencium bau masakan gosong di dapur kosan, ketika saya lihat, T sedang menggoreng tempe. T punya kreativitas yang sangat tinggi dalam hal masak memasak ini, contohnya saja, dia  mengambil bahan-bahan masakan lalu dicampur seenaknya. Pas saya disuruh coba masakannya, menurut saya tidak terlalu buruk karena saat itu saya benar-benar lapar. Akibatnya, T selalu menjadi tempat bersandar saya ketika akhir bulan. Sering juga setiap weekend T pulang kampung dan tiba di kos membawa banyak makanan mulai dari makanan primer, hingga tersier.  

Kedekatan saya dengan T mulai berjarak karena kesibukan di kampus masing-masing. Saya pergi pagi, T pergi malam. Bertemu pun mulai jarang. Ketika T ngetuk kamar saya, saya sedang capek-capeknya hingga membuat T tidak berani lagi datang ke kamar saya karena wajah saya yang sangar bin garang padahal cuma gara-gara kecapean saja. Sebaliknya, ketika saya ngetuk kamar T, selalu tidak dapat jawaban. Mungkin sedang molor atau pergi kencan dengan pacarnya. Saya pun menyayangkan waktu kami yang padat dengan kuliah dan seubrek tugas dari dosen sehingga membuat waktu bercengkrama kami hilang seketika.


Kadang tuh rindu saja. 

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu