Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan "Indah tamatkan dulu ...
Jika kamu tanya bagaimana rasanya ngerjain skripsi, jawaban saya adalah nano nano. Semasa kuliah, saya merupakan mahasiswa yang hanya aktif di Himpunan Matematika Unand dan Ikatan Mahasiswa Keluarga Jambi. Tidak pernah keluar dari zona nyaman dan aman tersebut, tidak pula berkeinginan setelahnya menjadi bintang aktivis kampus. Berhabitat di bidang PDH ataupun Infokom tiap organisasi atau kepanitiaan dan terjebak di dunia desain grafis dan editing video. Tapi akhir-akhir ini saya menyadari bahwa bakat seperti itu haruslah dipendam untuk kalian para maba :v. Sedari awal kuliah saya juga tidak pernah berekspektasi akan mengenal dosen lebih dekat hingga saya mengenal "Bunda" yang jadi pembimbing skripsi saya waktu itu. Perjuangan skripsi saya dimulai saat setelah saya menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Andalas, kota Padang. Saat itu saya sedang merenungi target-target yang akan saya lakukan sebelum menginjak semester 7. Saya sudah tuliskan pengin melakukan ini, buat ...