Skip to main content

Labil : FMIPA atau Farmasi

Sebelum berperang melawan ujian semester, ada baiknya gue nulis dulu, takut kepala gue meledak karena kata-kata tak bisa tersalurkan.

Jadi gue mau cerita tentang ke-labil-an gue yang kambuh beberapa minggu lalu. Saat itu keluarga gue pada ngumpul dirumah  karena ada acara mendoa. Banyak dari mereka yang sholatnya di kamar gue, a.k.a kerajaan tersuci Indah Fitrialita, karena disana banyak terdapat hal memalukan; sampah makanan, tulisan orat-oret dan lebih extream lagi 'celana dalam'. Kebetulan malam itu bertepatan jadwal gue les di salah satu bimbel di Jambi, dan gue lebih milih hengkang dari rumah karena merasa tak akan dicari saat acara berlangsung, hiks. Dan beruntungnya entah kesambet apaan, sebelum pergi bimbel, gue beresin kamar gue hingga bersih dan kinclong. Mulai dari celana dalam yang suka lupa gue taro di keranjang, sampah-sampah bekas makanan kemarin malam dan mug isi kopi yang baunya sudah semerbak menghiasi ruangan (kebiasaan sih, apalagi hari libur, hhehe).

Jam 20:15 WIB gue tiba di rumah, menghabiskan limabelas menit buat bengong di tempat bimbel, karena sebenarnya gue pulang jam 20:00 WIB. berharap para tamu sudah mulai berpulangan, wkwk.
Tapi tidak teman, saat gue sampe dirumah, om om, tante-tante, sepupu-sepupu gue masih ngumpul, dan saat itu datanglah gue dengan baju kaos + celana jogger yang perawakannya lebih mendekati gembel kota yang lagi nyari mas mas jowo medok kaya di sinetron FTV.

Saat gue datang, semua mata tertuju pada gue. Ke-salting-an pun muncul. Semua orang menanyakan keberadaan gue sejak maghrib tadi, hingga salah satu kakak sepupu gue yang kini sudah jadi dosen di salah satu univ di jambi manggil gue dan nanya;

"Sini dulu. Duduk sini"

Gue pun duduk dan mulai nyimak pertanyaan yang akan ditanyakan selanjutnya.

"Lulus SMA lanjut kemana?"

"Mmmmmmmmmmm..... Ga tau kak,. hehehe" *nyengir, sambil meratapi kebegoan gue karena ga tau tujuan gue setelah lulus nanti.

"itu di whiteboard kamarmu ada tulisan apaaa gitu"

Gue pun mikir dan ohohoho ternyata kakak gue udah memasuki ruangan yang amat sangat keramat. Gue pun malu lantas masang tampang cool, karena di whiteboard itu gue nulis 'Indah Fitrialita - SF (univnya sensor) 2018.

Ya, waktu itu gue pengin kuliah di jurusan farmasi di salah satu univ terbaik bangsa. Kedok gue pun ketahuan. Lantas gue curhat dengan kakak sepupu gue.

"Iya kak wkwkw. Oh ya, kakak kan farmasi ya? Kalo farmasi itu banyakan kimianya ga kak?"

"Iya, banyakan kimia, obat-obatan, belajar struktur tubuh hewan juga, sejenis bedah kecil-kecilan dengan kodok, kelinci, makanya ada namanya kelinci percobaan. Terus juga ada belajar struktur tubuh manusia, tapi ga banyak ko, cuma sekedar untuk tau aja karena kita juga belajar reaksi tubuh saat diberi obat ini atau obat itu, gitu"

"Ohh ada biologinya juga ya kak?"

FCK, muka gue memelas saat mengetahui akan ada biologi dengan segala keruwetannya. Dari SD sampe dipenghujung kelas 12 SMA ini gue paling anti Biologi karena gue lebih suka ngitung dari pada memahami buku biologi SMA yang tebelnya kurang ajar. Terlebih lagi pas gue denger ada bedah-bedahan dengan kodok. Najis, gue ngendarain sepeda terus ada kodok penyet di tengah jalan aja gue langsung putar balik, sangking geli nya dengan kodok apalagi harus bedah ngeliat isi perutnya -_-

Naahh dari situlah kebimbangan menghampiri gue.  Apakah gue cocok di Farmasi? Emang basic gue di Farmasi?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak gue. Bukan cuma gara-gara gue denger bedah kodok dan memahami obat-obatan, terlebih itu kehendak orang tua. Gue takut saat SBM tiba gue masih belum bisa nentuin pilihan. Dan lebih takutnya gue kuliah di jurusan yang sebenarnya bukan kehendak gue, menghabiskan waktu empat tahun dengan keterpaksaan. Itupun kalo lulus sich hahah

Akhirnya

gue

ngerubah haluan.

Gue ga cocok di Farmasi. Basic gue di MTK ataupun IT karena gue suka komputer dan juga mungkin karena gue ngikut mama yang basicnya di Matematika.
Gue mulai cari-cari fakultas yang mau gue kejar. Dan gue memutuskan FMIPA di univ yang sama seperti Farmasi.

Gue pun ngerubah tulisan di whiteboard gue menjadi

Indah Fitrialita - FMIPA Univ teeeettttt 2018

Amiinn, doakan saja. hhehe

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu