Skip to main content

Nggak Bisa di Edit

Sial, gue pengen review bentar mengenai post-an gue sebelum sebelumnya lagi. Ga tau kenapa blog gue ngalamin masalah aneh saat mau upload, yaitu tulisannya yang ga bisa dirubah ataupun di edit jadi tulisan yang baru. Kalo kalian baca post gue sebelumnya, tulisan yang gue pakai itu Times sizenya normal. Sewaktu gue baca lewat telepon pintar ya enak-enak aja, tapi pas gue cek di PC, emang anjay, gue bacanya pake bantuan kaca pembesar. Itu tulisan kaya kutu-kutu yang berbaris. Gue baru nyadar pas iseng liat-liat blognya mas Eka Kurniawan. Gaya tulisannya beliau enak dilihat dari PC, dan nyaman juga. 

Setelah cuci mata di blognya beliau, gue pun langsung menyadari kalo gaya tulisan post gue tempoe doeloe kaya mau buat skripsi. Gue emang kebiasaan sih kalo nulis laporan praktikum di MS word pakenya Times New Roman size 12 wkwkwk ga lupa juga justify nya. Dan hal itu gue praktekin di tampilan blog gue kayanya sah-sah aja, namun ya liat aja, gaya tampilan blog gue kaku banget, tulisan juga seukuran kutu hhh.

Setelah menyadari kekonyolan tulisan gue yang hhh ga nyaman di baca lewat PC, akhirnya kemarin gue coba-coba edit semua post gue yang masih pake tulisan Times ukuran normal ke Arial ukuran large (noh ga tanggung-tanggung langsung gue pake size babon) tapi ga mau berubah. Gue coba ulang edit lagi, itu ukuran tulisan malah jadi seukuran mikroorganisme njaayy, berubah jadi smallest. Gue kesel begete, seriusan. 

Gue tarik nafas dalam-dalam dan coba ulang. Tapi hasilnya tetap sama, dan itu ga bisa di rubah lagi ke size normal. Gue jadi bingung, mana yang terjadi kesalahan, apakah sinyal WiFi gue yang lemot atau malah laptop gue yang rusak(?) Hmmm masih belum juga terjawab 

Tapi ya sudahlah. Yang lalu biarlah tetap begitu, yang sekarang semoga ga jadi yang seperti itu. 

Baiklah, sekarang gue meresmikan gaya tampilan penulisan blog gue yang baru. Arial size Large. Pilihan yang menurut gue bakal tepat untuk kedepannya dan semoga juga yang baca ga bakalan bawa properti seperti kaca mata ataupun kaca pembesar segala. Sekian

Comments

Popular posts from this blog

Temen Ambis + Pinter di Sekolah Gue

Di awal kelas dua belas ini gue sudah ancang-ancang akan memilih perguruan tinggi mana. Sudah juga buat plan nanti gue mau jadi apa setelah lulus kuliah. Tapi who knows? Mungkin saja Allah ngasih jalan lain yang lebih baik lagi. Oke, sebenarnya yang barusan tuh cuma intro doang wkwkw, karena gue ga tau harus ng-intro yang gimana. Say hai atau apalah gitu, rasanya sudah bosan. Jadi gue mau cerita mengenai anak pinter di sekolah gue yang beritanya sudah tersebar sejak gue kelas sepuluh. Tapi emang dasar guenya aja yang kudet, baru cerita sekarang.  Namanya tuh Suci (to the point aja dah), orangnya kecil mungil dan lucu. Seukuran anak SD lah, kurang dari 150 cm, tapi otaknya encer bet anjay. Gue tau dia karena temen kelas gue itu temenan sama dia. Mereka berdua setiap istirahat ketemuan di kantin kaya orang pacaran-_- Oh ya btw Suci itu dari anak IPA 1 dan gue dari IPA 3. Awal kelas sepuluh gue gak terlalu dekat dengan banyak orang, tapi memang gue sering liat temen gue (read: cewe)

Lobang Kakus Sekolah

Postingan ini terinspirasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan yang judulnya Corat-coret di Toilet. Salah satu cerpen favorit gue untuk abad ke-duapuluhsatu ini. Cerpen itu menceritakan tentang  toilet di sebuah kampus dengan segala coretan-coretan ala-ala anak revolusi gitu. Hingga gue tersadar pengin juga nulis dengan objek toilet sekolah gue -_- lol. Bagi yang belum baca cerpennya, buruan dah beli, karena bukunya dijamin keren! Oke, mari kita mulai. Toilet , Kakus, Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet ) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran , yaitu air seni dan feses . Kalo disekolah gue dibagi jadi dua; toilet cowo dan toilet cewe. Jika keduanya tak dipisah, akan banyak terjadi kenyelenehan yang hakiki, wkwkwk. Sht, forget it! Baiklah, setelah tau apa itu toilet, selanjutnya gue bakal ceritain toilet cewe di sekolah gue. Untuk toilet cowo gue skip aja dah, ga kuat gue kalo mau ceritainnya, dan juga gue ga tau tuh

Lanjut S2 kan, nak?

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri karena sudah mau berjuang sampai di titik ini. Untuk melanjutkan studi S2 itu bukanlah keputusan yang bisa saya ambil dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan dari berbagai pihak, terutama orang tua dan pembimbing skripsi saya, Bunda (semoga beliau tetap sehat walafiat) Cerita mengerikan ini berawal dari percakapan saya dan mama saat saya masih sibuk-sibuknya KKN di kota Padang. Beliau berniat ingin menguliahkan saya sampai saya tamat S2. Terlebih papa juga sangat mendukung keinginan mama. Well, saat itu saya masih semester 6 dan belum terpikir sampai ke sana karna yang saya pikirkan saat itu adalah   "Bagaimana caranya saya lulus S1 sedangkan pembimbing saja belum dapat". Saya katakan ke orangtua kalau saya tidak ingin melanjutkan S2 penginnya kerja saja. Tapi terlihat dari ujung telepon sana raut wajah mereka agak sedikit kecewa mendengar jawaban saya yang spontan itu. Lantas saya balik katakan  "Indah tamatkan dulu